Selasa, 09 Oktober 2012

Takdir dan Pertemuan

Kabar kematian mengejutkan kala pagi hari itu. Telepon berdering kencang, sms maupun bbm berdatangan, semuanya dari kawan sekelas. "Nes, sudah tahu belum?" Ada pula yang berkata, "Nes, lisa meninggal.."

Mata belum sepenuhnya terbuka, baru tidur tiga jam. Otak juga belum ngeh dengar kabar dadakan tersebut. Waktu pun terasa terhenti. Kata-kata tak bermakna. 

Air mata mau tak mau turun, mata menjadi sembab dan bengkak. Tuhan mengambilmu terlalu cepat. Impian pernikahan serta bulan madu itu, atau rencana kita akan trip bareng. "Ini semua takdir Tuhan, nes," kata sahabat saya. 

Jika takdir itu seperti membalikkan telapak tangan. Atau jika takdir tak bernama itu seperti tiupan angin yang terhempas lalu cepat pergi, mengapa takdir itu tak mengambilku pula? Ahh, takdir aneh. Saya berpikir ribuan kali tentang kematian dan takdir. Namun tetap tak jua menemukan jawabannya. "Karena ia tak perlu jawaban, nes," kata pacar saya. 

Waktu itu, ketika hari kelabu akan kematian seorang sahabat, saya ditakdirkan kembali  bertemu seseorang. Ia dari masa lalu, tapi sosoknya masih terasa dan bersemayam entah sebagai apa. Ia yang dahulu sempat menenangkan hati, dan buat tersenyum kala dunia penuh menyesakkan. Pria itu adalah yang memberikan jaket Manchester United. 

Saya bersalaman dengannya. Ia tersenyum, begitu pun saya. Kemejanya masih sama, berwarna hitam. Wangi tubuh Bellagionya pun masih sama. Bahkan ketika sekedar jabat tangan, parfumnya menusuk kenangan yang terpendam. Ia muncul. 

Pertemuan itu hanya 30 menit. Senyuman itu tetap ada, namun tanpa kata. Ia tak menyapa dan tak menanyakan kabar. Perjalanan waktu terasa cepat. Saya pamit duluan, ia memandang dengan tatapan dalam dan tersenyum. Apakah kamu tak ingin kita mengobrol? Apakah kamu juga tak ingin kita saling bermaafan? Apakah jadi seorang teman saja tak bisa?

Saya yakin ia tak akan menjawabnya serta tetap pada posisi itu yaitu Diam. 

Hari itu, takdir dan nasib. Pertemuan dan perpisahan. Semuanya terasa sama saja. Dua hal ikatan benang merah. Dari masa lalu, kini, dan perjalanan masa depan. Ia yang ada tetap jadi kenangan. Takdir dan pertemuan itu entahlah mengapa Tuhan merencanakan ini semua. Sama halnya seperti perjalanan tak berkesudahan. Hidup pun jadi berwarna. 

Pasar Minggu, 10 September 2012
pukul 00.46


Tidak ada komentar:

Posting Komentar