Minggu, 21 Oktober 2012

Profesi dan Passion

Empat bulan lalu, saya memaki mereka yang memberikan keputusan untuk memindahkan saya ke desk lainnya. Saya sempat menangis dan mengurung diri di kamar. Pindah ke gaya hidup? Itu satu-satunya desk yang saya hindari dan tak ingin terjamah sama sekali. Lalu saya dipindahkan ke sana. Segala macam hal positif coba saya pikirkan. 

Satu-satunya hal yang membuat saya bertahan adalah saya sudah mengambil keputusan pindah kantor, karena saya ingin jadikan jurnalis itu profesi dan passion. Apakah saya ingin balik lagi ke belakang, menengok masa lalu? Saya katakan dalam hati, tidak. 

Hanya ada satu jalan di depan yaitu melangkah maju, rasakan dan nikmati segala pil pahit pengalaman kehidupan. Ambil maknanya, pelajari segala macam yang terjadi di sekitar. Suatu hari nanti akan berguna. Kemudian, mengalirlah layaknya sungai mengalit. Namun tetap waspada akan setiap jalan, setiap tikungan di ujung sana. 

Saya merasakan jetlag hampir sebulan, insomnia berkepanjangan, dan tiap pulang ke rumah selalu menangis. Susah sekali mengerjakan segala sesuatu yang bukan diingini. Lalu Tuhan berkata lain lagi, saya dikembalikan ke habitat asal. Jalanan. Alias kembali ke metropolitan. 



Setelah menerima keputusan ini, saya juga cemberut lhoo, merasa gampang sekali mereka pindah tugaskan seseorang. Ditambah perasaan dongkol gara-gara seseorang yang resign dengan alasan non sense. Oke, ini pilihan yang saya sudah buat sejak 10 bulan lalu. Enggak boleh nangis, bimbang, maupun sakit hati. 

Satu hal positif yaitu Tuhan memberikan saya waktu untuk berkontribusi terhadap kemajuan Jakarta. Saya merasakann hari pencoblosan putaran kedua yang penuh debar. Serta hari pelantikan Jokowi dan Basuki di DPRD DKI. Saya juga diberikan kesempatan untuk meliput segala agenda blusukannya Jokowi dan ide pembaharuan mereka. 

Meski rasanya isu ini sangat berat sekali, dan membuat saya engap-engapan karena bangun pagi. Tapi tolonglah Tuhan (dan juga Pak Wapim serta masred) biarkan saya sejenak belajar di desk ini, di dunia metropolitan ini. Saya ingin belajar segala kebijakan mereka, ikut merasai janji-janji mereka dalam 100 hari ini. Setidaknya sampai akhir tahun, jika setelah itu kalian memiliki keputusan yang berbeda, saya coba untuk ikhlas. Karena sebenarnya, dunia ini seru sekaliii..

Setiap malam, saya selalu berpikir, apa yang akan terjadi keesokan harinya. Seperti apakah ke depannya? Tiap pagi tiba, saya juga selalu bersyukur masih bisa merasakan semangatnya liputan. Meski kepala rada keliyengan karena bangun pagi. Tuhan jagalah saya, jagalah kesehatan saya, supaya tidak drop. 

Ini adalah profesi yang saya geluti. Ini juga passion saya, jagalah semangat ini selalu.. ^-^

Pasar Minggu, 21 Oktober 2012

3 komentar: