Minggu, 08 April 2012

Tiga

"Sekarang elo kayaknya udah nggak begitu kebingungan sama isu metropolitan? dulu kan masih kelihatan bingung banget," sontak omongan salah satu wartawan Tempo membuat saya terhenyak. "Yups, bener banget, mbak," ucap saya sembari tersenyum. 


Oke, isu metropolitan selalu bikin saya kelimpungan nggak karuan. Bahkan bikin kelonjotan, gigit jari, bahkan suka bikin nangis saya.  Tapi ketika usia menjadi wartawan menginjak kepada bulan kelima, saya mulai menemukan kenyamanan. Kadang-kadang ngejlimet tapi terkadang saya masih suka senyum sendiri. I really enjoy it! 


Terlebih ketika saya ditaruh di Pilkada pertengahan tahun ini. Mulai belajar mengenal karakter dari cagub dan cawagub tersebut, belajar mengenali proses tahapan dari jalur perseorangan hingga pendaftaran dari gabungan partai politik hingga setiap drama dari politik DKI 1. 


Termasuk ketika saya mulai mengenai si walikota kemeja kotak-kotak itu, dan ketika pada suatu pagi ia menelepon saya dan meminta maaf mengabaikan pada hari sebelumnya. Kala itu, saya ingat betul jam tujuh pagi. Saya sehabis mandi, masih memakai handuk, handphone sedang dicharge di dalam kamar. Tiba-tiba nomor telepon dengan kartu Simpati menelpon saya. 


"Maaf, mba agnes, saya kemarin sibuk sekali jadi yang membalas telpon ajudan saya. Ada opo toh mba?" saya langsung kebingungan. Sopo iki? lho? Pak Jokowi toh. Langsunglah timbul percakapan yang nggak jelas ditambah saya yang sibuk mencari pulpen dan kertas. 


Alhasil, apa saja diobrolkan tapi sayangnya banyak hal yang terlupakan. Namun, selalu ada cerita di balik liputan Pilkada. Semoga si bapak tidak somse ketika makin menjadi hebat menuju 11 Juli mendatang. 


Hari ini, ketika pertemuan dengan seluruh DPC PDIP dan Partai Gerindra di GOR Bulungan Jakarta Selatan, saya sedikit kecewa, entah mengap di sekeliling bapak mulai ada pengawalan yang ketat sekali. Bahkan dengan beberapa laki-laki berambut gondrong, badan tegap dan menyeramkan. Apakah bodyguard bapak? 


Hmmm, padahal sebelumnya hanya bapak dan ajudannya saja dan ketika saya mencoba menanyakan soal anggaran untuk batik pesisir itu berapa? Huuff, yang jawab malah ajudannya. Itu pun dengan jawaban, "Bapak capek, udah dulu yah," langsunglah badan saya yang kecil ini tersinggirkan dengan mudahnya. hikss..


Sedih. Itu langsung yang saya rasakan. Padahal baik itu doorstop atau ditelpon ia selalu menanyakan, "Apa masih ada pertanyaan?"


Kini, masih empat bulan menjelang Pilkada 2012, sudah ada empat hingga lima orang bodyguard. Layaknya wartawan itu sniper saja. Semoga bapak ingat siapa yang telah membesarkan nama bapak, hingga se antero nusantara mengenal nama Bapak. Yups, semoga. Kita tunggu saja kelanjutan kisah dari walikota kemeja kotak-kotak. 


Jakarta, 8 April 2012 pukul 22.30 Wib

2 komentar:

  1. Semoga Jokowi gak lupa daratan setelah dirinya diangkat namanya oleh media..

    BalasHapus
  2. bukan hanya jokowi, tapi semua kandidat lainnya :D

    BalasHapus