Senin, 09 April 2012

Empat

Malam tak bisa tidur. Pagi ini, ada jadwal tes calon gubernur dan calon wakil gubernur di RSPAD Gatot Subroto. Sejak pukul 06.30, pasangan Faisal-Biem sudah ada di sana. Ia yang pertama. Disusul pasangan dari jalur perseorangan kedua yakni Hendarji Soepandji-Achmad Riza Patria. Selanjutnya Jokowi-Ahok, Alex Noerdin-Nono Samponoachrowi Ramli, Fauzi Bowo-N dan Hidayat Nur Wahid-Didik J.Rachbini. 


Semuanya tiba dan langsung dikerubuti wartawan, termasuk saya. Anehnya, yang paling heboh adalah tentu saja incumbent dan penguasa daerah di Solo serta Belitung Timur. Saya sampai harus berada di ketiak para kameraman tivi yang ganas-ganas dan main seradak seruduk (tanpa minta maaf kalau nyenggol). Apalagi ditambah dengan postur tubuh saya yang pendek dan gendut. 


Ada beberapa pengawal, ajudan atau massa dari setiap pasangan itu yang membolehkan saya mendengar doorstop dari balik punggungnya. Itu adalah posisi terbaik bagi wartawan online maupun cetak. Kadang kala kalau baterai bebe yang suka ngedrop itu lagi bikin riweuh, alhasil saya langsung menyodorkan recorder ke dekat asal suara narasumber. 


Anehnya, berangkat dari pukul 6 pagi dan sampai ke sana 40 menit kemudian membuat saya bersemangat. Akan ada apa lagikah yang seru? Apa lagi dari drama tes kesehatan Pemilukada DKI? Bahkan saya rela tidur tak nyenyak ditambah bangun subuh hari sekedar mengikuti tahapan ini. 


Setiap doorstop saya ikuti, kecuali omongan Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta Juri Ardiantoro yang sedang mengalami masa transisi, lebih tepatnya lagi sedang menunggu pelantikan di KPU pusat. Seharusnya ia dilantik hari ini, tapi karena Pak Beye sedang kunjungan kerja ke Solo jadi ditunda. Tapi, entah mengapa ia ke RSPAD? Apakah untuk menengok tahapan ini? Katanya sih gitu, tapi kan sedang transisi dan seharusnya nggak usah dipakai omongannya dunks. 


Media saya lebih mengambil narasumber tersebut, padahal saya mendapatkan Ketua Pokja Pencalonan KPU Provinsi DKI Jakarta yang berkemungkinan berar dari Juri. Ia pun lebih kapable dan terpercaya omongannya. Karena kita tidak tahu apakah esok atau lusa, Juri akan dilantik dan mayoritas ia lebih terpercaya. 


Hmmm, di penghujung sore, teparlah sudah menunggu hampir tujuh jam hingga pemeriksaan selesai. Saya sudah berkoordinasi dengan atasan apa yang saya lakukan hari ini, serta laporan apa saja yang saya kirimkan. Namun, entah mengapa selalu ada sesuatu yang tanpa diketahui dan sesuatu mereka ambil tanpa sepengatahuan, padahal saya di situ. 


Lalu, mengapa byline nya bukan saya? Saya tahu setiap harinya saya masih harus belajar dan berproses. Saya juga masih dan selalu bingung dengan setiap arahan. Apa yang akan anda rasakan sudah menunggu tujuh jam dan itu belum jelas apakah 'naik' atau tidak? Jangan dijawab, cukup rasakan saja. 


Tetap tersenyum dan semangat hadapi esok. Dunia belum berakhir toh. Masih banyak peristiwa dan pengalaman lainnya sebagai jurnalis yang akan dan terus saya enyam. Sukses tanpa batas!


Pukul 23.12, lutut berasa beretek dan lelah tapi masih ingin nulis di blog ^^

5 komentar:

  1. Sepertinya menyenangkan ya, bekerja seperti kakak ini. :)

    BalasHapus
  2. Lutut beretek apaan tuh? Sumpah saya gak paham hehehe

    BalasHapus
  3. @yoszca: artinya lutut pegel.. hahaaa... bahasa alay ajegile ituuu.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha berarti kurang nih kadar alay saya ;)

      Hapus
    2. yah itu tergantung umur dan tingkat keasaman alay seseorg, ahayyy :P

      Hapus