Pernahkah anda ngobrol dengan Tuhan? Pernahkan anda merasa
ketika semua jalan terasa membingungkan, redup, dan membutuhkan pertolongan
atas semua jawaban dan ia menjawab-Nya. Bukan ngobrol secara fisicly namun
antar hati.
Saya menyakini Tuhan, menyakini bahwa Ia ada, menguasai
segala sesuatu di langit dan bumi. Esa, Maha Mendengar dan Mengetahui
segalanya. Yah, meski shalat masih bolong sana sini. Tapi, saya yakin Ia Ada.
Lalu, bulan ini adalah bulan keenam saya dan menjelang akhir
tahun 2011, tiap bulannya saya memang selalu merefleksikan segala sesuatu yang
terjadi dalam hidup. Bulan ini, November ini, saya kembali mempertanyakan
banyak hal.
Apa impianmu? Apa jalan hidupmu selanjutnya? Apa yang paling
kamu inginkan dalam hidup? Apakah kamu masih ingin terus kerja di sana? Apakah
yang sekarang terjadi ini adalah hal yang kamu inginkan? Kapan kamu berencana
menikah? Umur 30, seriuskah? Mengapa? Apa alasannya? Apa kamu nggak takut
ketuaan? Bagaimana dengan umur pacarmu, kapankah kalian akan berencana menabung
untuk menikah? Tahun depan kamu punya rencana apa dalam hidup?
De el el, so on… ragam pertanyaan itu muncul dari otak,
membuat saya tak selalu let it flow. Jantung berdegup tiap saat. Pikiran akan
pilihan hidup bermacam-macam. Layaknya labirin yang kamu tidak tahu ada apa di
setiap belokan. Semua misteri.
Tiap kali kamu merasa baik-baik saja dalam jalur ini namun
nyatanya tidak semua hal baik-baik saja. Justru terkadang hal yang baik-baik
saja itu adalah boomerang terhadap sesuatu hal lainnya. Dan segala hal yang
baik-baik itu terkadang menutup hal lainnya, menutup pilihan dan kesempatan
lain. Langit bukan menjadi biru cemerlang, namun mendung yang kamu sendiri tak
tahu apakah akan turun hujan atau badai. Segala sesuatu yang dipertanyakan
maupun direncanakan di masa lalu akan berdampak ke kini dan depannya.
Tuhan membuka tabir itu perlahan, sembari menyakini diri dan
hati, Tuhan sedang menyiapkan sesuatu buat saya, sesuatu hal yang besar yang
mungkin saya sendiri belum mengerti apa itu, seperti apakah bentuknya, apakah
itu nion positif atau negatif. Saya tak tahu.
Saya pun tak ingin mengalir dalam hidup tanpa adanya hasrat
untuk mengerjakan sesuatu. Hidup saya takkan tenang. Selalu dan akan ada selalu
ambisi hidup, harapan, dan keinginan menjadi lebih baik lagi. Saya percaya tak
ada yang terbaik, meski ada pepatah ‘Pengalaman adalah guru yang terbaik.’ Yang
harus dibawahi itu adalah kata ‘terbaik.’
Terbaik itu adalah relatif, subjektif hukumnya. Sama halnya
beda tipis antara benci dan cinta. Terbaik itu tidak ada, yang ada hanyalah
setiap pilihan yang kita pilih dan terdapat tanggung jawab besar di dalamnya.
Seperti rasa dari kopi Luwak, kopi yang harganya selangit itu. Saya nggak akan
pernah tahu rasa dari Kopi Luwak yang pahit dan asam itu jika saya takkan nyoba
dengan nekatnya di kafe kopi bilangan Blok M. Meski saya sudah memberikan gula
sesuai kadar biasanya namun ia tetap tak manis juga. Ditambah lagi dan lagi
pun, rasanya malah aneh. Di balik ketenaran dan mahalnya kopi Luwak, si
penyicip harus belajar. Pahitnya kopi Luwak dan hidup.
Menerima keadaan dari kelamnya kopi Luwak dan susahnya proses
pembuatan Kopi Luwak. Segala sesuatu terkadang tidak seperti luarnya. Kopi
Luwak memberikan pelajaran bahwa dalam kopi itu, kita harus lebih berusaha
giatnya untuk membuatnya tampak manis. Yups, bisa dibilang tampak manis dan
indah untuk dinikmati.
Tiga minggu ini, saya selalu berkata kepadaNya, “Tuhan apa
jalan yang kau ridhoi? Jalan seperti apa yang akan diridhoi orang tua saya?
Tunjukan kuasa Mu, berikan saya jawaban, petunjukMu dan kekuatan untuk
menjalani ini semua.”
Dan, ia benar. Ia ada ketika kita butuhkan. Ia ada menjawab
semuanya, hanya dalam hitungan tiga hari. Bagi saya sendiri, itu adalah
penantian bertahun-tahun. BagiNya itu seperti membalikkan telapak tangan. Kun
faya kun, maka terjadilah. Entah mengapa saya menjadi yakin dan akan beranjak
ke sebuah dunia baru, tantangan yang lain. Jika kalian ingin menanyakan, apakah
lo yakin nes? Dengan mantap saya akan berkata, “Ya, saya yakin! Diyakini dengan
ridho Allah”
Seperti kata bung Nietsczhe, “Katakan iya untuk hidup.”
-Big hug deNezt- sisa hujan dari magrib di luar sana, ketika
virus influenza dan migran menyerang, 23112011, pkl 19.59
tuhan ada dan hadir.namun ia tetaplah realitas yang pending. Setidaknya itu yang dengan malu-malu dikatakan J.Derrida
BalasHapusTuhan, banyak orang yang berdebat tentangNya, banyak orang yang begitu menyakiniNya sampai membunuh pengagum Tuhan yang lain.
BalasHapusSaat ini, saya membaca tulisan hubungan hamba dengan Tuhan yang renyah, unik.
@angkringanwarta;
BalasHapusTuhan ada dan dideskripsikan oleh pribadi masing2. Tuhan dalam nyawa, dalam urat nadi, dan dalam darah. Ia bersemayam indah. Tulisan ini tdk bermaksud mengagungkan Tuhan, Tuhan itu Esa.. dan semuanya kembali ke pribadi masing2.. Terserah anda..
oke kalau begitu. salam
BalasHapussalam semangat juga angkringanwarta
BalasHapus