Selasa, 18 Oktober 2011

Kadaluarsa


1# Cinta ini kadaluarsa. Sama seperti menahun yang kian membusuk. Helaan dalam tiap langkah tak membuat semua ini menjadi normal. Cinta ini sudah usai. 

2# Cinta ini tak kadaluarsa, katamu. Kita hanya perlu sejenak beristirahat, berhenti pada tepian jalan. Sejenak berrefleksi ke belakang dan menata ke depan. 
 
3# Apa? Tak kadaluarsa? Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu? Bukankah terlalu banyak kesakitan di sini? Akui sajalah. Cinta ini sudah memuakkan. Kamu, saya, kita tak lagi bisa bersama. Cinta ini adalah kesakitan. Cinta ini telah kadaluarsa, de. 

4# Kamu hebat sekali. Kamu hebat dalam mendeskripsikan segalanya. Seakan kamu itu filosof, sang pujangga cinta, ahli dari sang ahli. Terlalu hebat sesuai dengan egomu. Dan sangat keras kepala. Itulah kamu. Pandanglah aku. Aku juga sakit. Bukan hanya kamu saja, wahai perempuan. 

5#Sakit? Kesakitan ini? Tuh kan, kamu mengakuinya? Saya butuh itu. Sebuah pengakuan. Bahwa kesakitan ini mendera kita. Kesakitan ini terus dipupuk tiap tahunnya, tanpa kita mengetahui bagaimana membalut luka. Ia makin menganga dan membekas. Kesakitan itu de, sama sekali tak membuat tersenyum. Tak membahagiakan kehidupan. Lalu untuk apa kita masih bersama???

Untuk apa dipertahankan? Untuk apa kita masih bersama? Jawablah itu. Saya butuh jawaban.

Pasar Minggu, Minggu 16 Oktober 2011, pukul 20.59 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar