Berhenti.
Terhenti.
Diam.
Membisu.
Tak ada siapa-siapa.
Hening.
Saya.
Kamu.
Hati ini.
Ikatan ini.
God, damn it!
Tertinggal maupun meninggalkan rasanya sama saja. Dalam sebutan apapun, ia tetap kata kerja dengan objek utama tinggal. Sesuatu atau seseorang yang tinggal. Ada objek dan subjek. Ada yang pergi meninggalkan dan ada yang tertinggal. Siapakah yang menjadi objek. Siapa pula subjek?
Kata tak lagi menjelma apa-apa dalam ikatan ini. Kata yang membusuk. Janji kian menjadi basi. Kepergian menyakitkan. Tangisan tak lagi terdengar. Dan kata-kata yang tak lagi didengar. Menjadi semu.
Kehampaan menjadi kawan. Kamu yang terintimkan oleh waktu menghilang. Tak memerdulikan apapun lagi. Setan marah. Brengsek!
Tengah malam menuju lima Oktober, secangkir Indocafe Coffemix telah habis. Sebuah peristiwa besar sedang berproses. Mencintai diri sendiri dan mendengarkan apa kata hati. Mencoba berbicara dengannya. Ia sedang demonstrasi selama beberapa hari. Sang empu hati sedang linglung, ingin ke kanan, ke kiri atau malahan lurus ke depan. Yups, ia berhenti di pertigaan.
Dengarkan hatimu, ajaklah ia mengobrol. Itu yang sedang saya lalukan dengannya. Berbicara dengan hati.
Pasar Minggu, 5 Oktober 2011, tepat tengah malam..
Ajieb...
BalasHapus