Senin, 27 Juni 2011

Menyayangimu nafas. Mencintaimu harga mati. Tiadanya kamu aroma kematian. Kepergian adalah perpisahan. Tiga tahun adalah perjalanan. Lima tahun adalah persahabatan.

Pagi, teringat senyum autismu. Wajah kamu yang jarang mandi, belek kamu, dan rengekan kamu minta dibikinin kopi. Rambut acak-acakan kamu. Segarnya wajahmu setelah mandi tapi tetep nggak ganti kaus.

Siang, wajah kamu sedang ngerokok. Bertemankan buku tebal, mulai mencari ide untuk menulis. Seriusnya depan monitor komputer. Acuhnya kamu, dan terkadang saya diduakan oleh sahabat lamamu.

Sore, ketika kita melakukan ritual; memandang senja, ngopi segelas berdua, ngerokok sambil melas minta beberapa isapan, pundakmu yang kecil mencoba merengkuh, ngobrol panjang lebar nggak ada habisnya, kamu cuma mendengarkan, mengiyakan. Sesekali menanggapi. Katamu, akan menjadi pendengar saya. Sore itu, kemuningnya senja tersenyum pada kita.

Malam, ahh teringat akan ngoroknya kamu atau mungkin ketika saya mencoba tidur di pahamu dan minta dimanja. Mungkin juga, ketika kita begadang sampai pagi ngobrol dan ngobrol lagi. Tentang mimpi saya, mimpi kamu, lalu terikat menjadi mimpi kita. Kita. Kemudian, berantem dan berbaikan. Kemudian juga, sebotolnya menemani kita. Aih, saya takkan melarang apa pun, sayang.

Pagi, siang, sore, malam. Kamu, kamu, kamu, kamu. Hmm, lima tahun lagi. Lima tahun yang lalu ditambah lima tahun mendatang. Totalnya sepuluh tahun. Sepuluh tahun yah, apakah kamu menyadari arti angka itu?#menunggu kamu menjadi seseorang dan mari membangun pondasi kokoh perjalanan masa depan kita#

Pasar Minggu, 19 Juni 2011, pukul 21.51 WIB

4 komentar:

  1. Kuat sekali karakter penulisanmu. Diam-diam saya menyukainya. Sulit membuat tulisan yang bisa menghadirkan pengalaman penulis sebagai pengalaman pembaca. Saya salut, kamu mampu membuatku merasakan pengalaman dari tulisanmu, meski untuk tema yang sangat personal dan tidak penting bagi orang lain.

    BalasHapus
  2. thx atas komennya. Ada dua komentar positif dan negatif di atas. Saya sangat menghargai bagian yg positifnya dan untuk kalimat terakhir itu yahh memang tema personal.. heheee..
    Oh iya, kayaknya untuk dibilang salut msh jauh deh.. (hikss.. malu).. ^_^

    BalasHapus
  3. indah.. buat kami sebagai perempuan yang mengalami perasaan ungkapan persaman dari cerita penulis. sangat menyentuh hati! very touching!

    BalasHapus
  4. l2_design thx atas komentarnya.. Tentunya setiap perempuan merasakan perasaan seperti yg di atas. Dan tentunya pula terselip kesakitan di antaranya. Tapi, apa pun itu, kita harus berterima kasih terhadap hidup ini karna bisa merasakan cinta.. Chayoo.. ^_^

    BalasHapus