Selasa, 31 Mei 2011

Tentang Impian


“Whats your dream job?”

“Of course, to be a journalist.”

“What kind of journalist?”

“I prefer than reporting in criminalsm, political, hard news, conflict area, etc…”

“If u doesn’t report it, what do u think?”

Pertanyaan itu pertama kali dilontar oleh Hermanto Elina, Pemimpin Redaksi (Pemred) Infojitu Magazine ketika menginterview saya.

Tentang impian. Tentang mimpi yang kamu inginkan, profesi yang kamu idam-idamkan dalam hidupmu. Mengapa saya menjawab itu? Saya pun tidak tahu, rasanya itu sudah menyatu dengan aksen bahasa saya, melebur kepada jiwa, dan terstimulasi terhadap otak, kian lama kian menginginkan; ibarat ngidam atau bisul mau pecah.

Seumur hidup lima tahun di persma, saya masih menganggap organisasi yang terjalankan seperti air mengalir dan disukainya begitu saja. Belum terlalu ngidam. Namun, ketika lulus, saya berpikir keras, berulang kali membolak balikan otak, pikiran dan semua jiwa tenang saya. Saya biarkan monkey mind ini bergerak sesukanya. Pikiran adalah sesuatu hal yang paling besar dalam hidup ini, karena ia bisa menguasai diri. Begitupun ketika ini.

Jurnalis. Hanya satu kata. Jurnalis apa? Itu pun ada macamnya. Apa saja dengan dua syarat; menjunjung kode etik dan idealisme jurnalistik, kedua mencari pengalaman dan menguras ilmu sebanyak-banyaknya.

Saya teringat akan perkataan teman chating saya, Jufrizal. Ia kontributor Aceh Feature yang dikomandoi oleh Linda Christanty, wartawan cum novelis. Linda pernah menjadi redaksi dan editor Majalah Pantau hingga 2006 lalu ia mendirikan Aceh Feature seorang diri. Jufrizal banyak belajar dari Linda, kebetulan ia adalah dosen Teknik Menulis Berita dan editing di IAIN Ar Raniry, Aceh.

Ketika chat, ia menceritakan mengenai kecewanya dengan sistem di kampusnya, dari pelabelan titel yang tak sesuai dengan studinya (S.Sos.I) sampai dengan sistem pemerintahan negara ini. Ia pun mengkritisi kenapa Indonesia tidak ada strata 2 bidang jurnalistik, UI mapun UGM minimalnya hanya memiliki komunikasi massa. Katanya, UNPAD akan ada S2 jurnalistik tapi akan ada tanya besar dengan akreditasinya.

Luar negeri? Itu kata saya. Ia mengubek-ngubek seluruh university abroad, yang jelas Amrik pasti ada. Tapi, bahasa Inggrisnya boo!!

Tentang impiannya Jufrizal; S2 Jurusan Journalism di luar Indonesia, pastinya lebih terakreditasi. Hari ini, saya mendengar kabar gembira dari fesbuknya. Ia diterima. Jufrizal tidak menyangka hal itu bisa terjadi.

Percakapan kami di wall fesbuknya; Lima tahun mendatang pastinya kamu sudah menjadi jurnalis hebat kan, zal? Wah, salut dan iri saya sama kamu. Kamu akan menunggu saya kan di Tembok Besar Cina bersama Guru Wong. Itu kan janji kamu. Hahaaa…

Jurfizal percaya kepada omongan Pram bahwa mahasiswa dan orang muda bisa masuk kepada birokrasi pemerintahan dan mengubah pemerintahan tersebut menjadi lebih baik. Saya membantah, masih ingatkah dengan zaman Soe Hok Gie, ketika kawan-kawan seperjuangan ’66 menggulirkan Soekarno, lantas mereka menjadi wakil rakyat lalu apa yang terjadi? Mereka menjadi bourjouis dan melupakan rakyat miskin itu sendiri.

Ah, kamu terlalu pesimis nes. Kita sebagai aktivis kampus masih akan ada harapan itu. Masih ada harapan nes dan saya tetap yakin dengan perkataan Pram, begitu katamu menyakinkan saya. Saya hanya bisa mengakhiri percakapan dunia maya tersebut dengan untaian harapan abu-abu. Hmm…semoga saja zal…

Pasar Minggu, Senin, 30 Mei 2011 pkl 21.50 WIB

10 komentar:

  1. Sambil berdiri di atas podium kehormatan, aku terharu membaca tulisan ini...he..he...
    Insyallah tanggal 5 September 2011 aku berangkat ke China. Dan tembok china juga menunggu kedatanganmu kelak Tia

    BalasHapus
  2. hey, apa kamu baru membaca tulisan ini zal?? hihii.. semoga baik2 saja kelak dan kembali ke tanah air pastinya kamu menjadi jurnalis handal. Top BGT!!! ;-)

    Nama universitasnya apa zal??? kamu memang beruntung. Owalah! Saya minta link website universitasmu dunkss.. ;-D

    BalasHapus
  3. iya, tadi malam aku membacanya!penasaran berapa banyak namaku bisa ku jelajah di seach google,dan aku menemukan namaku terselip di blogmu juga tia. Dan aku juga berharap tia jadi jurnalis handal dan top mar ketop!! aku akan menempuh study di Nanchang University. bagian propinsi Jiangxi, Cina selatan

    BalasHapus
  4. dan ternyata namamu memang top juga zal, yah at least di antara jajaran mbah google itu terselip namamu, begitu pun blog saya.. ;-D

    oh, I see. beasiswamu itu khusus untuk mahasiswa Aceh? kayaknya kalo saya yg dr Jakarta sulit deh. Byk saingannya.. heehee...

    BalasHapus
  5. Jika begitu faktanya, so kita sama-sama "top", tentang beasiswa?Tidak khusus tuk mahasiswa Aceh. Aku bersaingan dengan teman-teman seluruh Indonesia.Dan delapan mahasiswa Indonesia yang lulus dan layak menerima beasiswa pemerintahan China. Salah satunya terseliplah nama "Jufrizal", Pengalaman pekerjaan sebagai jurnalis dan artikel-artikelku yang dimuat versi bahasa Linggis di Acehfeature juga sangat membantu promosiku saat pengajuan beasiswa. dan aku menebak, sepertinya yang berminat mengambil program Study Master Journalism langka dikalangan mahasiswa. Dan Tia masih banyak harapan dan Impian jika ingin menyusulku mengecat tembok besar China nantinya. Aku dengar-dengar lumayan loh upahnya :-)

    BalasHapus
  6. tenang saja, akan segera menyusulmu zal. Minimal jadi pengawal Tembok China sajalaj.. hahaaa.... ;-D

    BalasHapus
  7. berikan sedikit tips donk, Kak,, supaya bisa jadi youth journalist hingga ke luar negeri,, I want to follow my dreams.. ;)

    BalasHapus
  8. anonim; wah kalau kayak gitu kamu harus menanyakan kpd nama yg di atas yaitu Jufrizal karna ia sedang S2 journalism di sana, ^_^

    BalasHapus
  9. Anonim tipsnya sangat simpel jika kamu ingin jadi seorang jurnalis atau penulis hargailah karyamu sendiri,seburuk apapun karyamu, itu sudah lebih dari pada cukup. Cintailah profesimu sebagai jurnalis seperti kau mencintai kekasihmu. Setiap karya yang kita hasilkan sekarang bukan hari ini akan memeberikan manfaat kepada kita. Yakinlah tak ada yang sia-sia dari karya kita.

    Sekian tuk kuliah umumnya. Karena tak ada honor jadi kuliah umumnya tak tertata dengan rapi. kwakk..kwakkk..

    BalasHapus
  10. wkakakkk, suatu hari nanti ada yg bayar kuliah umummu zal ;p

    BalasHapus