Kamis, 26 Mei 2011
Senja Kelana
Hujan ini masih tentangmu. Hujan sejam, dua jam berlalu begitu saja. Perempuan masih termenung di depan jendela kamar. Menghitung butiran tetes hujan yang tersisa. Boneka teddy bear coklat itu menemani.
Jika semua hujan ini tentangmu, adakah tempat yang lain untuk orang lain? Sama halnya seperti hati yang terlalu terisi penuh, overload. Tumpah tak arah. Hujan ini membanjiri kemarau. Persetan kau!
Dalam bayangan hujan, katanya lelaki menulis tentang perempuan. Sajak dalam bayangan hujan. Ada lelaki, sang pena, ada perempuan yang menjadi kata dan hujan sebagai medium di antara kita. Ada emosi tak terlihat di sana, ada kerinduan sekaligus kebencian terselimuti.
Lelaki membenci perempuan, ia tahu itu. Bahkan muak. Perempuan bagaikan sangkar bagi lelaki, mengekangnya dan mengikatnya dengan rantai. Kata lelaki, perempuan tidak bisa mengerti. Kata lelaki, perempuan adalah pelacur, perempuang kaleng rombeng yang banyak mengeluarkan kata. Kata lelaki juga, perempuan akan dijadikan istri yang sangat dicintai olehnya. Bagi perempuan, itu hanyalah eufimisme yang akan dipajang di etalase hidup lelaki.
Semua ini, masih tentangnya. Katanya, perjalanan seperti sebuah pengembaraan dari seorang kelana. Tak mengenal rumah maupun kawan. Ia berjalan menuju tujuannya. Tak pernah singgah. Layaknya siang dan malam, maka kelana sampailah di ujung fajar. Menyaksikan matahari terbit dan bertemu tujuannya. Fajar Kelana.
Katanya juga, kelana itu mampir kepada senja. Mencoba mencintainya dengan segenap kemunafikan. Hatinya berkata bahwa ia akan tinggal dengan senja, mecumbunya kala malam tiba. Memasukinya dalam tiap helai kulit, menghangatinya, dan membuahinya. Namun, itu katanya. Katanya itu belum menjadi kepastian. Dan masih katanya pula, kelana tak sanggup tinggal lama dengan senja. Meski mereka amat sangat saling mencintai, mereka berpisah. Kelana pergi menuju dunia impiannya, senja mencari pisau dan membunuh jiwanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
saya tak mampu berkomentar apa pun, setiap alur yang tersaji menampilkan kekuaatan
BalasHapusmantap
BalasHapusBung dede: serius kekuatan?? katanya biasa aja.. haikss... Palsu dirimu...
BalasHapusSah elah bung mamett.. mantab jg lah...
BalasHapus