Rabu, 18 Mei 2011

510 dan Lima Tahun

Selama hampir lima tahun, 510 kowantas bima jurusan Kp. Rambutan-Ciputat menjadi teman setia saya. Saat kuliah jam pertama, saya rela berdesak-desakan dengan penumpang lainnya, senggol sana senggol sini supaya dapat posisi pewe dalam bus serta tidur sambil berdiri. Kala malam, 510 pun masih saya kejar, mau sepi atau ramai jam 9 malam seakan menjadi jam malam bagi saya di kampus.

Setahun yang lalu, ketika saya dihadapkan oleh dua pilihan; laptop atau motor? Dengan mantap saya menjawab laptop. Alasan pertama, karena saya lebih butuh laptop ketimbang motor. Kedua, saya tidak ingin berpisah dengan 510.

510 menjadi kawan saya. Ketika dalam 510, saya tidak ingin mengobrol dengan siapa pun, bahkan dengan kawan kampus yang saya kenal. 510 menjadi tempat bermeditasi, berimajinasi sekaligus merefleksi diri. Ada dua pemandangan yang paling saya sukai ketika di 510; ketika jam 7-8 pagi dan jam 8-9 malam.

Jam 7-8 pagi adalah rutinitas paling padat di Jakarta, 510 pun menjadi incaran utama. Biasanya, kalangan kantoran dan mahasiswa. Tak ayal, 510 adalah angkutan yang paling murah dan paling cepat sampai Ciputat. Dari terminal Kp. Rambutan, ia ngetem sebelum lampu merah Pasar Rebo. Di sana, ia mendapat sewaan banyak. Trus, langsung masuk jalan tol hingga tol Pondok Pinang. Suasana terlucu pas pagi ini adalah semua mata penumpang tertuju kepadanya dan tanpa ampun mereka akan masuk sekali pun dengan paksaan. Bahkan bisa berjejal depan pintu. Tanpa disadari, 510 berarti dalam kehidupan mereka.

Saya mempunyai kebiasaan jelek (menurut pacar saya) karena saya selalu menunggu sampai dua kali 510 lewat depan kampus dan naik di 510 ketiga. Ketika menunggu, saya suka melamun, memandang Masjid Fatulullah di seberang sana, dan menikmati suasana malam di halte. Jika saya sampai halte jam 8 malam, maka saya akan naik pada jam 9 malam. Pacar saya suka mengomeli hal ini. Toh, saya hanya tersenyum dan menikmati malam kala itu. Ini terjadi selama lima tahun terus menerus.

Saya ingat sebulan sebelum masa romantisme saya dengan 510 akan berakhir. Saya tahu pasti bahwa kami akan berpisah; saya menyakini ini ibarat sebuah perjalanan. Selama lima tahun saya diharuskan menempuh pendidikan strata 1 di Ciputat. Sebuah kota yang tak pernah saya dengar. Universitas yang paling akhir berada dalam deretan tempat kuliah saya. Namun, sungguh bermakna.

Dalam perjalanan ini, saya diharuskan berada pada jurusan lain. Saya harus memilih untuk tak kembali setia dengan 510 dan Ciputat. Jurusan lain itu harus kamu tempuh, nes. Begitu kata hati saya.

Sebuah tempat persinggahan sementara ada dalam kamus kehidupan saya; Rawamangun. Kini, saya berkenalan dengan bus Transjakarta beserta koridornya. Saya kembali bertemu dengan kawan baru, mulai berkenalan, berdekatan, dan mencumbunya. Dengan rutinitas yang sama seperti lima tahun ini, namun dengan pekerjaan yang berbeda.

Hmm, maafkan saya 510… saya akan kembali mengenangmu sebagai sebuah jalur berkesan dalam hidup saya. Jalur khusus dalam dunia kampus dan percintaan saya. Hahahaaa…

Pasar Minggu, 16 Mei 2011, pkl 18.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar