Hanya butuh satu kata untuk mengungkapkan apa yang terjadi. Bahwa ini buta, terlalu menggila dan irrasional. Tapi, setiap orang merasakannya, nyaman bersamanya. Lalu untuk apa ada rasa itu?
Senja ini, di depan taman ini, ada saya. Ada kamu juga, sedang menelungkup dengan asamu. Kopi hitam di antara kami, bersama kata-kata yang sedang kami diskusikan. Ada kangen, terselip dalam obrolan kami. Sudah dua hari tak bertemu, rasanya seperti dua bulan saja. Ia mengetuk hati kami dan berkata lembut. Andai kamu mengerti kangen ini, segala macam yang ingin dikatakan. Kata itu kian mengendap, terlalu lama. Lambat laun menghilang, terbang bersama angin.
Kangen itu pudar, seiring kesibukan dan impian masing-masing. Sayang sekali, kamu telah menguap, wahai kangen. Padahal saya ingin sekali memelukmu sekarang, bersama kangen dua hari ini. Ah, pastinya kamu takkan menggubrisku. Kata dalam diskusi kini yang terpenting, itu katamu. Toh, kamu dan saya sama-sama senang diskusi. Diskusi dalam huruf dan kata, ada kangen yang menjadi spasi.
Senja ini, di taman ini, saya masih menunggumu. Ragamu memang ada di depan saya, sedang berbicara dengan rokok kretekmu. Wajah yang telah berubah karena tak ada lagi jenggot di sana. Ah, lelakiku… masihkah kita akan sama lima tahun mendatang???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar