Kamis, 31 Desember 2009

KEMATIAN DAN CINTA

Sudah beberapa hari ini, sejak kematiannya aku benar-benar tak bisa bersedih. Bahkan tak bisa tersenyum juga. Ekspresi yang kutunjukkan datar, ringan, hampa dan tak bertenaga. Semua orang mengkuatirkanku, keluarga, sahabat dan teman-teman di kampus. Mereka mencoba menghiburku dengan berbagai macam cara, dari membelikanku es krim dan coklat, membelikanku benda-benda kesayangan, selalu mengajakku bersenda gurau dan lain-lain. Namun, aku hanya menanggapi dengan senyum tipis dan anggukan kepala. Akhirnya, mereka frustasi juga, menyerah tanpa ada kemenangan. 

Sebulan terlewati begitu saja, seorang sahabatku berkata kematian memang sudah takdir, tidak ada yang bisa menolak atau pun menghindari. Iya, aku tahu itu. Aku benar-benar mengerti akan hal itu. Tapi, bagaimana jika orang yang paling kamu cintai, orang terkasih yang dalam jangka waktu beberapa bulan kemudian akan melanjutkan ke gerbang kehidupan baru, bersamaku. Apa yang bisa kamu katakan? Apakah masih bisa dibilang itu takdir?

Seseorang yang mencintainya saja sudah memberikan ribuan senyuman. Seseorang yang dengan mencintainya seperti sebuah nafas kehidupan. Seseorang yang bau badannya menjadi obat terapi terbaik saat lelah. Seseorang yang sangat mengerti akan keluh kesahmu. Seseorang yang saat sedang letih, ia akan menawarkan pundaknya sebagai sandaran, dadanya untuk menangis dan ribuan kubik waktunya untuk mendengarkan keluh kesah. Seseorang yang akan terus tersenyum padahal ia benar-benar ingin marah. Apakah ada yang seperti itu? Jawab dan tolong carikan yang seperti itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar