Pilihan dan memilih. Dua hal yang mempunyai pengaruh dan saling mempengaruhi. Tidak memilih pun adalah sebuah pilihan. Apalagi jika diharuskan untuk memilih suatu pilihan.
Pilihan untuk menjalani hidup ini memiliki beragam cara. Ada yang membiarkannya untuk mengalir begitu adanya tapi ada yang mempunyai tujuan. Seseorang yang memilih untuk mengalir apa adanya bukannya tidak ada tujuan. Mungkin saja, caranya yang berbeda.
Sama halnya, memilih pilihan terhadap objek perasaan yang bernama ‘cinta’. Cinta. Satu kata multi makna. Iya, cinta, seperti cinta kepada sesama manusia, cinta terhadap keluarga, terhadap teman, terhadap lawan jenis dan sebagainya. Banyak orang yang sibuk mencari makna dari cinta.
Cinta adalah pengorbanan, ada yang bilang seperti itu. Cinta adalah kenyamanan, ada juga yang bilang seperti itu. Bahkan ada yang rela menunggu cintanya untuk dapat saling memiliki lagi seperti sedia kala. Itu adalah pilihan hidupnya, pilihan untuk mencintai seseorang yang ia kasihi. Tidak ada yang bisa melarangnya bahkan menghentikannya. Tak ada gunanya karena ini adalah permasalahan hati.
Kepada hati, semua orang bisa tunduk. Bisa berlutut memohon belas kasihan dari hati. Hati begitu diagungkan atas nama segala rasa. Segala apa pun yang mereka bahkan ia anggap benar. Dua kata, benar dan cinta.
Pada akhirnya, ia (siapa pun itu) memilih untuk menunggu dan menjaga perasaan cintanya. Apa yang ia tunggu? Apa yang ia cintai? Toh, semua itu masih absurd. Belum ada ramalan akan masa depan, kawan. Buat apa kau menunggu kasihmu?
Kasihmu itu bukan telah tiada, ia hanya sedang menjalani hidup dengan pilihan cinta abstrak. Belum ada bayangan akan masa depan. Kasihmu itu hanya mencoba untuk mengalir apa adanya serta dengan konsekuensi berat ia menyadari ‘sesuatu’ atas nama ‘peristiwa rasa’ bahwa ‘sesuatu’ itu sedang terjadi begitu hebat. Entah apa itu.
Ternyata, apa pun cara untuk memilih suatu pilihan tetap butuh perenungan. Dan sekarang ‘sesuatu’ yang sedang terjadi dengan kasihmu ini adalah caranya dalam pilihan terhadap cinta yaitu mengalir apa adanya. Maafkan kasihmu ini….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar