KEBAHAGIAAN BERSAMA, begitulah katamu. Membangun pondasi bersama, bangkit bersama awalnya adalah katamu, prinsipmu. Iya, semuanya punyamu. Konsep kebahagiaan serta harapan baru itu kamu tularkan seperti virus yang menjalar dan menetap dalam tubuh ini. Tubuhku, ragaku, punyaku. Belum menjadi milik kita.
Sejalannya hidup, realita manis dan pahit yang beriringan serta berakulturasi. Kebahagian bersama itu melebur hangat yang entah mengapa melekat di sana. Dalam ruang kecil hati ini terdapat sebuah rumah idaman. Impian dari ribuan mimpi. Kita mengetahui dengan pasti.
Kamu lontarkan kepadaku apa itu konsep kebahagiaan yang baru. Mungkin masih terbilang semu, masih nol. Tapi tak apalah, memang begitu awalnya. Toh, sebuah proses tidak mungkin mencapai hasil yang sempurna dan mudah. Butuh rintangan, tantangan. Pahit namun berjalan seperti sebuah proses yang indah.
Dalam menuju TUJUAN yang katanya dan mungkin adalah tujuan dari milik kita, disadari betul bahwa tidaklah gampang. Terkadang fluktuatif bahkan menyudutkan kita untuk sebentar kontemplasi, merefleksikan segala kejadian dalam hubungan ini. Sedih, amarah, tangisan dan senyuman bahagia akan selalu teriring. Bagaimana pun mereka menjadi figuran dalam panggung dunia milik kita, dalam kebahagiaan bersama ini.
Dan… untuk sepersekian detik, sebanyak-banyaknya hari yang terlewati bersama selalu ada rasa rindu terselip. Senyum dan tawa itu menghisasi sepersekian detik dan sebanyaknya hari. Kau pun tetap setia melontarkan kebahagiaan bersama, perasaan nyaman yang membuatku tak dapat mengelak.
Selalu ada harapan. Pertanyaan yang masih belum terjawab. Namun aku tak memerlukan ‘kata tanya’ maupun ‘tanda tanya’ untuk menanyakan itu semua. Apalah arti dari semua pertanyaan itu bila di hati terdapat rasa nyaman, kebahagiaan bersama yang menjadi milik bersama. Kebahagian bersama, begitulah katamu. Kebahagiaan bersama, begitulah kata kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar