Denting hati menderu dengan cepat, mengajak berlari hingga ke ujung realitas, persimpangan jalan antara impian dan kenyataan. Setelah lelah, perempuan duduk beralaskan tanah, tempat ia berpijak. Bersama seorang sahabat yang ia kenal kala duka, menemaninya memandang bintang-bintang.
“Malam ini indah. Bintang bersinar tiada hentinya…”
Perempuan mengangguk pelan.
Tanpa kata, tanpa tindakan, semuanya berjalan layaknya sebuah ruang kosong. Kami mengerti keadaan masing-masing. Kami terlalu lelah untuk berbincang. Biarkan di persimpangan ini kami mengalir seperti apa adanya.
Malam masih bertegak kokoh, kian malam kian dingin menusuk. Kami merapatkan tempat duduk, tanpa terasa kepala perempuan bersandar di pundak sahabatnya. “Aku lelah, “ perempuan berujar lirih.
“Aku tahu…” tanpa berpikir panjang jemarinya membelai rambut perempuan. Perlahan dan lembut. Perempuan merasa damai, tentram walaupun sahabatnya tak memberikan solusi apapun.
Malam kian larut namun tak mengurungkan niatnya untuk bergegas pulang ke alam realitas. Sahabatnya sama dengan malaikat tak bernama sama dengan pasangan hati sama dengan entahlah sebutan lainnya, ia hanya berkata, “Mari kita tinggal di sini, sampai waktu tak terbatas. “
Perempuan tersenyum manis. Dan mereka menghabiskan malam-malam bahkan beribu malam lainnya dengan memandang bintang di tempat itu, persimpangan jalan antara impian dan kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar