Rabu, 28 Januari 2009

RASA TAK BERNAMA

Cukup terkejut, terharu sampai rasanya ingin berlinang. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang aprreciated banget membaca tulisan yang ada di blogku. Awalnya, bikin blog hanya untuk curhat2 plus aktualisasi nulis yang nggak jelas. Pastinya nggak akan ada orang yang protes dengan apa pun yang aku tulis di blog [secara blog gue gitu lho...!]

Thanks 4 bowo yang udah ngomentarin tulisan "Jawaban Untuk Sang Malam"... Bikin terharu!
Actually plus honestly banget, tulisan itu ditulis sekitar bulan April atau Mei 2008 silam. Ada seseorang [yang entah dari kapan suka menulis tentangku] memberikan tulisan ini. Saat pertama kali dibaca di sebuah ruang sekretariat yang sedang sepi, tanpa terasa aku berlinangan air mata. Entah terharu atau apalah. Yang jelas, tulisan tersebut membuat jantungku berhenti, seolah dunia tak berjalan dan semuanya menjadi sirna. Rasa tak bernama itu pun hadir. Di tengah rasa egoisme diri dengan lawan jenis, rasa sakit dengan masa lalu dan perasaan mandiri, ia perlahan menghembuskan nafasnya. Pelan...pelan...pelan... Tanpa ku tahu kapan pertama hadir. Tiba-tiba saja.

Aku termenung nanar memandang layar monitor, ada rasa takjub dan luluh. Iya...perasaan luluh. LULUH.

Tembok tinggi yang kubangun sejak berakhirnya masa lalu yang menyedihkan tersebut tumbang oleh dirinya. Dan sejalannya waktu ia kembali hadir mengisi hari. Tidak semuanya manis, boleh dibilang lebih banyak pahit dan kesal. Namun, yah itulah rasa tak bernama tersebut. Apa boleh dikata!

Jujur, tulisan "Jawaban Untuk Sang Malam" untuk seseorang yang menuliskan "Sang Malam" namun sampai sekarang ini ia sama sekali tidak mengetahui tulisanku. Karna, memang begitu adanya. Biarkan saja waktu berbicara dan alam mengatur semuanya.

Jika sudah waktunya ia akan mengetahui dan mengerti semua ketakutan yang kumiliki. Sampai sekarang, detik ini aku berterima kasih kepada rasa tak bernama tersebut. Andai boleh memilih, seharusnya biarkan saja ia tak bernama. Kini, berubah menjadi sebuah nama. Dan kian erat mengikat

Entah mengapa sekarang logika turut ambil peran dan aku benar-benar muak. Cintaku, walau kau hinggap engkau tetap saja terkadang menjadi elang dan aku terlalu tinggi meraihmu. Menetaplah. Tinggallah di hatiku. Sembari berjanji kau takkan kemana-mana. Kau akan di sampingku, kau takkan terbang tinggi lagi. Karna kini kau sungguh-sungguh ingin menetap. Mari kita rajut rasa tak bernama ini. Maukah???

1 komentar:

  1. salut, tulisan bgtu dalam, sampai aku berulang kali membacanya tuk pahami. salam buat sang malam, semoga bahagia bersamanya. oya kawan2 lpm yang punya blog, di data dong terus tukeran link gitu biar seru dan rame'

    BalasHapus