Rabu, 28 Januari 2009

RASA TAK BERNAMA II

Bimbang menghampiri, emosi memberontak. Selalu dan selalu seperti itu! Setiap kali konflik tersebut hadir. Mengapa begitu? Siapakah yang menghadirkan semua rasa itu? Dengan susah payah rasa itu hadir, mengetuk perlahan bahkan tanpa diundang. Kalau tahu begini, ingin diusir saja dari dulu. Kian tak kuasa.

Sesosok perempuan duduk termenung, kelopak matanya berkaca. Dahinya mengkerut. Tatapannya menerawang jauh. Di sela-sela, terdapat hembusan nafas tinggi dan eluhan. Di sampingnya, sesosok pria kurus berambut kucel menghisap Dji Sam Soe miliknya. Ia mencoba berfikir keras, mengharap mendapat jawaban dari isapan putung terakhir. Habis, sontak tangannya membuang puntung. Tak bertenaga.

Bising lalu lintas kian membuat heboh rasa ini saja. Tak ada jawabnya, kami tetap terduduk lesu, masih dalam kebimbangan yang hanya kumiliki. Dalam hal ini, kami mempunyai pilihan antara tetap bertahan ataukah pergi?!

Perempuan tersebut tetap terdiam dan prianya tetap melamun tak mengambil keputusan.
Esoknya, semua berjalan seperti apa adanya. Tanpa ada sesuatu sebelumnya, tanpa ada rasa. Dua makhluk tersebut tentu menyakini masih ada sesuatu berdiam hangat di hati mereka. Tanpa bisa terungkap oleh tingkah, kata bahkan tulisan. Mereka hanya melalui hari-hari dengan perasaan mengalir begitu saja.

Di persinggahan ini, tempat perempuan menunggu angkutan umum, tempat biasa sebagai ruang kecil dunia kami. Dunia diam, dunia penuh gejolak, yang kami sendiri tak mengetahui akhir dari rasa ini atau bagaimana pun perjalanan rasa ini.

1 komentar:

  1. muga kesunyian itu memberikan kesenangan. salam kenak aja

    BalasHapus