Seorang gadis matanya terlihat sedih. Mungkin hatinya terasa teriris–iris layaknya jarum. Aku tahu kristal bening itu akan segera menuruni lembah pipi yang merona. Dan cahaya kristal bening itu pun berkilau. Aku memandangnya. Tak tahukah kamu bagaimana seseorang yang berada dalam posisi seperti itu?
Langkah gadis itu gontai dan penuh percaya diri. Selangkah demi selangkah maju ke muka kelas. Membawa secarik kertas story telling. Ia tersenyum kecil. Tetapi entah mengapa makhluk Adam dan Hawa di ruangan ini seakan–akan meributkan sesuatu. Sesuatu yang makhluk itu pun tak mengerti apa yang mereka bicarakan.
Lalu kenapa gadis itu harus merasakan hal seperti itu. Apa aku harus menyebutkan dengan kata kasihan? Wahai, gadis usaplah kesedihanmu. Lihatlah dunia ini dengan tangan terbuka dan tatapan yang pasti. Gapailah semua yang kau inginkan. Aku ada disini. Rasanya ingin ku rangkul semua kesedihanmu.
Seseorang wanita berkata, “Pikirkan dan rasakan bagaimana perasaanmu apabila di acuhkan di depan kelas?” Sungguh menyedihkan bukan? Terus, mengapa kita tidak mempelajari bagaimana cara menghargai orang. Karena dengan cara itu pun kita dapat menghargai diri sendiri. Yang kadang dalam diri kita sendiri pun masih tak mengerti bagaimana caranya.
Bulan lalu gadis itu berulang tahun yang ke–17. Pada usia ini sebagai anak remaja pastilah di kelilingi oleh teman- teman satu suka maupun duka. Tetapi seperti biasa gadis itu hanya diam tak memberitahukan bahwa ia berulang tahun. Dan tak ada seorang pun dalam kelas ini yang mengucapkan happy birthday. Sampai saat aku sadari ia berulang tahun. Ku lihat dalam wajahnya ia tampak gembira saat aku dan teman- teman mengucapkannya. Seandainya aku mengetahuinya sedari awal mungkin aku akan memberikan surprise kepadanya yang dapat membuat hatinya gembira. Mengapa tidak?
Makhluk–makhluk planet dalam ruangan ini kadang kala tak mengerti bagimana perasaan gadis itu. Mereka hanya sibuk dengan gossip yang beredar di kalangan artis, membicarakan hal–hal yang tak berguna hanya untuk kesenangan belaka. Gadis itu hanya diam tak bersua. Mungkan dalam satu hari ia hanya beberapa kali mengeluarkan kata–kata. Bukannya ia bisu atau malas berbicara tetapi kurasa tak ada seorang pun yang mengajaknya untuk bercakap–cakap, sekedar ngobrol, ataupun hanya sekedar say hello pada pagi hari atau saat bubar pelajaran sekolah.
Sering kali ku lihat rona matanya sayu–sayu seperti akan menangis. Tak ada seorang pun yang mendekatinya untuk menanyakan ada apa denganmu. Tetapi aku yakin ia hanya menginginkan mempunyai teman yang selalu ada di sisinya dalam suka atau duka. Wahai kawan, saat satu dua atau tiga uluran tangan yang ingin merangkulmu dan pundak yang siap untuk berbagi beban denganmu, janganlah ragu. Saat ada sepasang telinga atau pun beribu telinga yang siap mendengarkan keluh kesahmu, janganlah ragu. Karena mereka ingin menjadi temanmu yang benar–benar ingin selalu berada di sampingmu. Jangan hanya pasrah terhadap keadaan tetapi merubah keadaan itu lebih baik karena itulah serunya dari kehidupan yang fana ini. Terima kasih
Jakarta, 2 Juni 2005
From originall story part of my life. Usually a simple story that a exciting story. Trust me, okey?!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar