Minggu, 25 Januari 2009

ISLAM TIDAK DIKURUNG LAGI

Tulisan berita ini sebagai tugas wajib pada mata kuliah Teknik Wawancara dan Reportase di Konsentrasi Jurnalistik UIN Jkt pada semester V.


Logo baru UIN Jakarta telah diganti pada Kamis malam, (21/08) di Auditorium Utama. Acara berlangsung meriah dan dihadiri oleh banyak undangan. Seperti mantan rektor Drs H. Ahmad Syadzali, Direktur MarkPlus&Co, Hermawan Kertajaya dan sivitas akademika UIN Jakarta lainnya.

Namun, dibalik launching logo baru UIN, banyak pihak yang menuai pro dan kontra perihal makna dari logo tersebut. Misalnya, pada logo baru, dengan mata telanjang kita tidak melihat lambang Al Qur’an, kitab dan lambang Monumen Nasional (Monas) sebagai ciri khas kedaerahan. Pada logo baru lebih bersifat universal.

Seperti yang dikatakan oleh Guru Besar Filsafat Fakultas Ushuludin dan Filsafat (FUF), Zainun Kamal F, MA, “Logo lama itu kan ada Rukun Islam yang lima, ada Al Qur’an, ada masalah Ke-Indonesiaan yaitu padi kemudian ada Monas-nya. Nah, yang sekarang ini tidak kurang dengan seperti ini. Masa Islam dikurung, karena Islam itu kan dianggap agama yang bersifat universal dan tidak mempunyai ciri-ciri lokal lagi.

“Karena ini masalah logo, banyak orang yang multi interpretasi (banyak penafsiran). Contohnya, ini ada kitab, ada orang yang memahami sebagai kitab suci tapi juga ada orang yang mengatakan sumber pengetahuan. Silahkan saja!”ungkapnya semangat.

Logo baru sekarang ini menandai tidak adanya dikotomi antara disiplin ilmu yang agama dan umum. Karena sejak pergantian nama dari IAIN menjadi UIN, fakultas-fakultas juga ada penambahan fakultas umumnya. Seperti Fakultas Ilmu Kedokteran.

“Sekarang, Islam itu tidak dikurung di dalam logo, seperti logo lama tapi Islam bisa dimaknai universal dan luas seperti lambang planet dan jaringan planet, “ujarnya.

Selain itu, ada isu yang mengatakan bahwa logo baru UIN, lambang bintang di atas bola dunia mirip dengan lambang zionis Israel, bahkan ada yang mengatakan logo baru tersebut liberal. Menanggapi isu ini Pak Zainun berkata bahwa kita kembalikan lagi bahwa ini adalah masalah logo banyak orang juga yang multi tafsir, kita tidak bisa membenarkan semua isu tersebut. Pak Zainun menambahkan, “Justru kalo mereka itu mengkritik harus membangun, memberikan kritik lalu juga memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Ini kan tidak! Mereka hanya mengkritik tanpa membangun.”

Pak Zainun juga berharap semoga saja masyarakat awam yang kurang mengetahui makna dari logo tersebut, dapat tertarik dan mempelajari logo baru tersebut sehingga bisa masuk ke dalam sivitas akademika UIN Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar