Selasa, 15 November 2011

Jatuh Cinta dengan Kopi

Kopi berlabel Singa itu terduduk lama sejak dibeli di pusat perbelanjaan Jakarta. Satu bungkus kecil dengan harga Rp 3.000,-. Harga tak sebanding dengan dahsyat rasanya. Luar biasa ketika anda menyeduhnya dengan air mendidih. Ketika aroma kopi menguap, wow rasanya bener-bener bikin melayang. 

Jika banyak orang yang ketergantungan dengan narkoba, ngegele (meski itu negatif) atau pun bir dan rokok, namun bagi saya kopi adalah narkoba itu. Jika dilarang, ngopi satu hari saja rasanya mau semaput. Ia adalah belahan jiwa saya. 

Satu hari berapa cangkir ngopi? Mungkin, sekitar tiga sampai lima cangkir sehari. Tapi, itu semua di atas jam 10 pagi atau jam makan siang. Mengapa? Saya pernah membaca beberapa penelitian di media online, jika pada pagi hari anda mengopi, memang akan meningkatkan semangat kerja dan imajinasi berpikir, tapi ketika sore harinya, bisa jadi anda akan lemas, dan malas untuk bekerja. Degung jantung anda makin cepat. Saya percaya hal itu. 
Makanya, tiap kali bangun tidur, saya selalu minum air putih sebanyak-banyaknya. Bukan teh atau kopi. Makan siang adalah kewajiban mengisi perut, meski sarapan pagi saya jarang sekali. Dalam satu hari, biasanya saya hanya makan satu kali, dengan ngopi bisa sampai dengan angka di atas.

Belakangan ini, saya sedang digandrungi oleh Kopi Singa. Warna kopinya hitam pekat, ada rasa pahit di dalamnya, meski dua sendok gula telah dituangkan, namun rasa pahitnya masih berasa. Dan saya suka itu. Oh iya, satu lagi aromanya itu lho, nggak tahu kenapa setiap kali mencium kopi, ide untuk menulis selalu keluar. Meski terkadang bukan karena kopi saja lho. Tapi, aroma Kopi Singa dengan Kopi Kapal Api memang berbeda.

Nggak tau kenapa juga, mungkin strategi pemasaran kali yah, Kopi Kapal Api itu seperti dikurangi takarannya. Jadinya, kalau kita seduh secangkir, tapi kok kurang kental yah. Makanya, saya selalu menuangkan air mendidihnya nggak sampai penuh. Takut kecairan. Tapi, teteplah Kopi Kapal Api is the best bangetttt! 

Kalau Kopi Singa, mau secangkir penuh tetep kenal lho. Untung saja pahitnya itu, nggak kayak Kopi Luwak yang pernah saya rasain. Kopi Luwaknya padahal sudah ditaro 2 sendok gula tapi tetep aja pahitttt bangetttt. Kenapa yah??? Tapi, tetap saja saya tertantang dengan mencoba Kopi Luwak dari berbagai merk lainnya. 

Jatuh cinta dengan kopi. Hmmm, kopi nggak pernah ninggalin saya, nggak kayak kamu (lho! Heheee…). Kawan-kawan, kopi hitam adalah segalanyaaaa… 

13 November 2011, tepat pkl 21.00 WIB

2 komentar:

  1. pembahasan kopi yang cukup menarik, cuma ada yang berasa kurang dari pembahasan tentang kopi luwak, bahwa dalam rasa kopi luwak agak berasa asam. tulis di angkringanwarta.com, hehehe.rasa memang tak pernah berbohong dan biarkan rasa mengukapakan dirinya sendiri. salam

    BalasHapus
  2. masih banyak data mengenai kopi, namun utk menemukan insipirasi atau ide yg cocok utk di angkringanwarta lumayan sulit.. maklum masih amatiran nulisnya, heheee,,,
    makasih komentarnya dan sukses slalu buat angkringanwarta.. ^_^

    BalasHapus