Rabu, 04 Februari 2009

RUANG TUNGGU

Tawa, tangis, sedih, amarah selalu datang setiap saat. Di mana pun sekarang tempat berpijak, di sana pula tempat semua rasa tersebut hadir. Sepi adalah sebuah rasa yang mengasyikkan. Saat bayang kesendirian menemani, saat itu pula tawa bahagia begitu nikmat. Saking nikmatnya sampai membuat air mata keluar tanpa diundang. Begitulah keasyikkannya!

Bagaimana dengan rasa yang datang begitu hebatnya, sangat dipuja oleh sekian manusia. Sehingga lahirlah kisah Romeo Juliet, Delillah dan Samson, Laila Majnun, Cinderella Story dan kisah-kisah lainnya. Setiap manusia mempunyai kisahnya tersendiri. Ada yang memendamnya dan ada yang mengungkapkannya tanpa malu. Tapi... bagaimana ia hadir dan menyelimuti hati? Itu yang menjadi rahasia. Hanya hati yang bisa menjawabnya.

Dalam hati, terdapat ruang tunggu. Sangat lembut dan sensitif. Tak berserat. Masalah ukuran, tak ada yang tahu dengan pasti. Atau mungkin seberapa besar hati ini berdiam. Ruang tunggu yang menjadi tempat persembunyian dari semua rasa bahkan semua manusia yang lalu lalang dalam hidup. Sebelum mereka masuk dan berdiam dalam kehidupan ini, tentu saja hati ini mempunyai ketentuan terhadap siapa saja yang boleh masuk. Ada kriteria khusus, begitu katanya.

Lalu mengapa tak membuat persayaratan saja? Dan menaruhnya di depan pintu ruang tunggu. "Warning! Tidak sembarang orang boleh masuk! Persyaratannya adalah orang yang baik hati, sabar, pengertian dan setia."

Atau jika masih dalm lingkup pertemanan bisa saja ditulis seperti ini, "Yang boleh masuk adalah orang yang asyik, enak diajak ngobrol dan always have fun." Bagaimana?

Tapi, sepertinya akan jarang orang yang masuk seleksi jika selalu dikategorikan. Mungkin juga janganlah terlalu meributkan berbagai macam persyaratan dalam memasuki ruang tunggu. Let it flow! Mengalir apa adanya layaknya seorang tamu tak diundang, datang tiba-tiba, mengejutkan, berkesan dan bermakna. Biarkan kesan pertama itu indah [walau akhirnya tak seperti itu!].

Dan yang mempunyai kuasa atas ruang tunggu ini adalah hati dan otak. Semua itu terorganisir oleh diri ini sendiri. Tapi, ingat otak dalam konteks rasional janganlah terlalu terlibat, karna ia hanya akan membuat logika dalam setiap perjalanan. Ini semua irrasional dan hanyalah sebuah bahasa abstrak, yang belum ada kamusnya. Biarkan saja hati yang memilih siapa saja yang boleh masuk ke dalam ruang tunggu dan tinggal untuk beberapa waktu lamanya ataukah untuk selamanya. Silahkan saja...

2 komentar: